WEB LAMA
31 Agustus 2020

KEGIATAN BERSIH DESA

Bersih desa merupakana tradisi turun temurun dalam kebudayaan masyarakat. Bersih desa sebagai upacara adat, memiliki makna spiritual dibaliknya. Dijawa khususnya ritual bersih desa merupakan wujud bersatunya manusia dgn alam.ritual bersih desa dapat didefinisikan sebagai wujud rasa syukur warga desa atas berkat yang diberikan Tuhan kepada masyarakat desa, baik dari hasil panen, kesehatan dan kesejahteraan yang telah diperoleh selama satu tahun dan juga permohonan akan keselamatan dan kesejahteraan warga desa untuk satu tahun mendatang. Hari pelaksanaan nya pun tidak sembrang ditentukan. Melainkan ada hari-hari tertentu didalam kalender jawa yang merupakan hari sakral untuk melaksanakan rutual bersih desa. Di desa tambakrejo, bersih desa dilaksanakan pada hari ini, Jum'at 28 agustus 2020.Yang pertama di laksanakan bersih2 dan slametan di Makam dukuh Ngegong dan yang kedua dilaksanakan di Blumbang Gedhe yang ada di dukuh Ploso. BLUMBANG GEDHE”. Blumbang ini masih dipercaya memiliki kekuatan “ghoib” yang mampu menyebabkan hal-hal yang menyusahkan masyarakat atau menyenangkan masyarakat. Agak jauh disebelah Timur Desa Tambakrejo ini ditengah sawah ada sebatang pohon itu ada dua kubur yang ditandai dengan batu nisan. Menurut penuturan salah seorang warga desa Tambakrejo, asal usul dukuh ploso itu diawali dari datangnya pawongan dari daerah Mataram. Mereka bernama Mbah Palang. Pendatang suami istri itu tiba-tiba didesa Botok Kecamatan Sukomoro yang pada waktu masih berwujud lahan berhutan. Mbah palang bersifat sosial dan senang membantu kepada sesama yang sedang mengalami kesulitan. Kecuali itu Mbah Palang memiliki kelebihan lain dalam ilmu ghaib. Pada suatu ketika Mbah Palang yang gemar “jajah desa milang hari” ini sampai didaerah Tambak rejo sekarang ini. Pada waktu itu penduduk Tambakrejo sedang kekuarangan pangan. Mengetahuai keadaan demikian Mbah Palang segera bertindak menolong mereka dengan cara menggunakan ilmu kasektennya. Pada suatu tempat Mbah Palang menanam sebatang pohon Ploso dan didekat pohon itu digalinya tanah untuk bertapa. Beberapa hari mereka “tapa ngluwang” dengan maksud mohon kepada Tuhan Yang Maha Pemurah agar warga desa Tambakrejo terhindar dari bahaya kekurangan pangan. Pada suatu malam pada puncak semedinya, Mbah Palang mengetahui “badan halus” semacam jin yang berbondong-bondong membawa padi melewati tempat semedi mereka. Dengan cekatan Mbah Palang menghadang jin-jin dan perkelahianpun terjadi. Karena kasektennya, jin-jin itu kalah, semua padi yang dibawanya diserahkan kepada Mbah Palang. Jin-jin itu akhirnya lari ketakutan dan menghilang. Selanjutnya padi-padi itu dibagi-bagikan kepada warga desa Tambakrejo sebagai bibit padi untuk ditanamnya pohon ploso.Dan Mbah Palang berpesan, apabila meninggal dunia agar dimakamkan didekat pohon ploso yang ditanamnya itu. Akhirnya daerah makam Mbah Palang dan sekelilingnya oleh warga setempat dimakamkan daerah ploso, selanjutnya menjadi dukuh Ploso sampai sekarang ini. Istri Mbah Palang pun ketika meninggal dunia juga dimakamkan di makam Ploso ini. Karena ada sebatang pohon ploso yang keramat itulah maka kawasan Timur desa Tambakrejo ini disebut PLOSO,         
SUTOPO (KAUR PERENCANAAN)    BUDI KIRTONO (KAUR TATA USAHA DAN UMUM)    SUGIARTO (KAMITUWO)    SUKARDI (KAMITUWO)    SUTRISNO (KASI KESEJAHTERAAN)    SUNOTO (KASI PEMERINTAHAN)    INDARTI (KAUR KEUANGAN)    WARSITO (KASI PELAYANAN)